Kaidah Fikih: Ganti Rugi Wajib, Baik Sengaja Atau Tidak
Terkadang, kita tidak sengaja merusak barang milik orang lain. Misalnya, karena mengantuk saat menyetir, akhirnya tidak sengaja menabrak penjual batagor yang sedang berjualan di pinggir jalan sehingga gerobaknya rusak. Atau juga karena lupa. Karena terlalu asyik main HP, kita lupa kalau sedang meletakkan setrika di atas pakaian teman kita sehingga pakaiannya hangus.
Dalam kasus seperti ini, ada dua poin pembahasan :
- Apakah kesalahan karena tidak tahu, tidak sengaja, atau lupa, berakibat pelakunya berdosa?
- Seandainya kesalahan tidak disengaja tersebut mengakibatkan rusaknya properti orang lain, apakah terkena kewajiban ganti rugi?
Kaidah : Tidak berdosa tapi wajib ganti rugi
Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan,
و الخطء و الإكراه و النسيان…أسقطه معبودنا الرحمان
لكن مع الإتلاف يثبت البدل…و ينتفي التأثيم عنه و الزلل
Dimaafkan oleh Ar Rahman, Dzat yang kita sembah…
Tapi jika menyebabkan rusaknya sesuatu milik orang lain, wajib menggantinya…
Namun dia tidak dikenai dosa atas kesalahannya…
Penjelasan kaidah
Kaidah ini berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan seseorang karena tidak sengaja, dipaksa melakukan sesuatu yang salah[1], atau lupa. Seseorang yang melakukan kesalahan karena tidak sengaja atau lupa, maka ia tidak berdosa. Tetapi jika kesalahannya tersebut mengakibatkan rusaknya barang atau properti orang lain, bahkan terbunuhnya orang lain, ia wajib ganti rugi atau membayar diyat, tidak peduli apakah karena tidak sengaja atau karena lupa.
Dalil Kaidah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ
“Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku kesalahan karena tidak sengaja, lupa, atau dipaksa” (HR. Ibnu Majah dan lainnya, dinilai shahih oleh Al Albani)
Allah Ta’ala berfirman mengisahkan do’a hamba-Nya,
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami melakukan kesalahan karena lupa atau tidak sengaja” (QS. Al Baqarah : 286)
Maka Allah menjawab, “Aku maafkan” (HR. Muslim)
Ganti Rugi Tidak Pandang Bulu
Meskipun orang yang berbuat keliru karena tidak sengaja atau lupa tidak menanggung dosa, tetapi jika kesalahannya tersebut berimbas pada terluka atau terbunuhnya orang lain, atau rusaknya barang miliki orang lain, maka ia wajib ganti rugi.
Syaikh ‘As Sa’di menjelaskan, “Kesimpulannya, orang yang tidak sengaja, atau lupa, atau dipaksa melakukan suatu kesalahan, tidak menanggung dosa atas kesalahannya. Akan tetapi, ia wajib ganti rugi jika kesalahannya berdampak pada terbunuhnya orang lain atau rusaknya barang orang lain. Karena masalah ganti rugi dikaitkan dengan perbuatan dan kerugian yang ditimbulkannya, sama saja karena sengaja atau tidak”.
Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan menerangkan, “Setiap mukallaf (yaitu orang yang baligh dan berakal) wajib ganti rugi jika merusak sesuatu milik orang lain. Begitu juga dengan mereka yang bukan mukallaf, semacam anak-anak atau orang gila. Kaidah ini mencakup kerugian pada jiwa (terbunuh misalnya –pen), harta, atau hak-hak orang lain.
Maka siapa saja yang merusak sesuatu milik orang lain tanpa alasan syar’i, wajib ganti rugi, sama saja apakah karena sengaja, tidak tahu, atau lupa. Sama saja apakah mukallaf ataukah bukan mukallaf. Karena masalah ganti rugi ini tidak berkaitan dengan status pelakunya (mukallaf atau tidak), tapi masalah ini adalah mengaitkan hukum (ganti rugi –pen) dengan sebabnya (rusaknya properti orang –pen). Jika sebabnya dijumpai, hukum harus ditegakkan”.
Contoh penerapan kaidah
Kembali ke contoh di awal tulisan :
- Ada pengemudi mobil yang menyetir sambil mengantuk. Tak sengaja, ia menabrak penjual batagor sehingga gerobaknya rusak. Ia tidak berdosa karena perbuatannya, tapi wajib mengganti gerobak batagor beserta isinya yang telah ia rusak. Bahkan jika menyebabkan si penjual meninggal, ia wajib membayar diyat ke keluarganya.
- Karena lupa telah meletakkan setrika di atas pakaian temannya dan asyik main HP, akhirnya pakaian temannya hangus dan tidak bisa dipakai lagi. Maka ia tidak berdosa tapi wajib mengganti baju temannya tersebut yang ia rusak.
- Jika ada seorang anak TK yang memecahkan piring tetangganya, maka orang tuanya atau walinya wajib mengganti piring tetangganya yang telah dipecahkan oleh si anak.
Demikian sedikit pembahasan masalah ganti rugi. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Di pertengahan bulan suci nan mulia, 15 Ramadhan 1435 di Yogyakarta
***
Referensi
- Jam’ul Mahshul fii Syarh Risaalati Ibni Sa’di fil Ushul, ‘Abdullah Al Fauzan (muqarrar Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta tahun ajaran 1431-1433)
- Syarh Manzhumah Al Qawa’id Al Fiqhiyyah, ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di (muqarrar Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta tahun ajaran 1434-1435)
Catatan Kaki
[1] Adapun masalah melakukan pelanggaran karena dipaksa, dibutuhkan perincian tambahan yang tidak dikupas di sini, seperti apakah boleh melakukan pelanggaran karena dipaksa secara mutlak? Pemaksaan seperti apa yang membolehkan seseorang melakukan pelanggaran? Dan lainnya. Wallahu a’lam—
Penulis: Yananto Sulaimansyah
Artikel Muslim.Or.Id
🔍 Dalil Surga Dan Neraka, Hadits Marah, Sifat Suami Yang Baik, Orang Cerdas Menurut Rasulullah
Artikel asli: https://muslim.or.id/22179-kaidah-fikih-ganti-rugi-wajib-baik-sengaja-atau-tidak.html